KOSMOLOGI BARU
Tujuan :
1.
Untuk memahami definisi dari kosmologi.
2.
Untuk mengetahui siapa yang pertama kali
menggunakan istilah kosmologi.
3.
Untuk menjelaskan kosmologi menurut Christian.
4.
Untuk mengetahu dan menjelaskan
perbedaan kosmolgi ilmiah dan kosmolgi fisafat.
5.
Untuk mengenali pengelompokan varian
kosmologi filsafat.
6.
Untuk menjelaskan kosmologi baru dari
Copernicus menuju ke Galileo
dan Kepler.
7.
Untuk mendeskripsikan pemikiran dari
Nicoulas Coernicus.
8.
Untuk mengetahu perbandingan pemikiran
Copernicus dan Ptolemeus.
9.
Untuk menceritakan hasil pemikiran dari
Galileo Galilei.
10. Untuk menjelaskan pendapat
dari Johannes Kepler.
11. Untuk mengetahui
hukum-hukum yang dikemukakan oleh Kepler.
12. Untuk menggambarkan
pemikiran dari Isaac Newton.
13. Untuk menjelaskan hukum Grravitasi
Newton.
14. Untuk mengetahui pemikiran
dari Edmund
Halley
15. Untuk
mengetahui apa yang dikemukakan oleh William Herschel.
Pertanyaan :
1.
Sebutkan dan jelaskan definisi dari kosmologi!
2.
Siapa yang pertama kali menggunakan istilah
kosmologi?
3.
Jelaskan kosmologi menurut Christian!
4.
Sebutkan dan jelaskan perbedaan kosmolgi
ilmiah dan kosmolgi fisafat!
5.
Bagaimana pengelompokan varian kosmologi
filsafat, Jelaskan!
6.
Bagaiman perkembangan kosmologi baru dari
Copernicus menuju ke Galileo
dan Kepler?
7.
Deskripsikan pemikiran dari Nicoulas
Coernicus!
8.
Uraikan perbandingan pemikiran
Copernicus dan Ptolemeus!
9.
Ceritakan hasil pemikiran dari Galileo
Galilei!
10. Jelaskan pendapat dari
Johannes Kepler!
11. Sebutkan dan jelaskan hukum-hukum
yang dikemukakan oleh Kepler!
12. Gambarkan pemikiran dari
Isaac Newton!
13. Jelaskan hukum Grravitasi
Newton!
14. Bagaimana pemikiran dari Edmund Halley,
Jelaskan!
15. Sebutkan
apa yang dikemukakan oleh William Herschel!
Peta Konsep :
Pembahasan :
1. Definisi Kosmologi
Kosmologi berasal
dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan, atau
ketersusunan yang baik. Sedangkan “logos”
juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan
sebagai “azas-azas rasional” (Kattsoff, 1986: 75). Istilah “kosmologi” (cosmology)
dipakai pertama kali oleh Christian von Wolff dalam bukunya “Discursus
Praeliminaris de Philosophia in Genere” tahun 1728, dengan menempatkannya dalam
skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari “metafisika” dan dibedakan
dengan cabang-cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”, “teologi
metafisik”, maupun “psikologi metafisik” (Munitz, dalam Edward, ed., 1976:
237).
Dengan demikian,
sejak “klasifikasi Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang
filsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan
dengan “ontologi” atau “metafisika umum” yang merupakan suatu telaah tentang
watak-watak umum dari realitas natural dan supernatural; juga dibedakan dengan
“filsafat alam” (The philosophy of nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar,
proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam (Runes, 1975: 68-69).
Kosmologi ilmiah
(scientific cosmology) lebih berpijak pada suatu studi empiris tentang
gejala-gejala astronomis. Upaya-upaya yang selalu dilakukan adalah membuat model-model
“alam semesta” atas dasar penemuan-penemuan observatorial oleh para astronom.
Dengan demikian sangat berbeda dengan “kosmologi filsafat” yang murni
konsepsional dan merupakan analisis kategorial yang dilakukan secara
“spekulatif” oleh para filsuf. Adapun kajian filosofis terhadap “kosmologi
ilmiah” merupakan sub-bagian dari kajian “filsafat ilmu”, dengan fokus telaah
pada aspek-aspek metodologis dan epistemologis bangunan “kosmologi ilmiah”
sebagai “ilmu”. Kosmologi filsafat
cenderung lebih kritis-induktif dalam arti tidak mungkin lagi menutup mata
terhadap kosmologi ilmiah maupun temuan-temuan ilmiah yang lain.
1. Topik utama kosmologi filsafat menurut Hegel adalah
tentang “kontingensi” (kemestian yang merujuk pada “hukum”), “kepastian”,
“keabadian”, batas-batas dan hukum formal dunia, kebebasan manusia, dan asal
mula kejahatan. (Runes, ed, 1975: 69).
2. Secara historis perkembangan kosmologi filsafat (barat)
dimulai dari filsuf-filsuf alam pra Sokratik, yang kemudian
persoalan-persoalannya oleh Plato dalam “Timaeus” dan oleh Aristoteles dalam
“Physics” disistematisir dan diperluas. Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam empat
kelompok varian besar dengan dasar pengelompokan:
·
Berpijak dari keyakinan ontis bahwa hakikat dunia itu “jamak”
ataukah “tunggal”
(monisme, pluralisme).
·
Kedudukan manusia dalam kosmis (subjektivistis,
objektivistis).
·
Esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi
dunia yang lain.
·
Pendekatan sintesis (Bergson, Theilard de Chardin, dan
kosmologi Pancasila) (Bakker, 1995: 42-52).
Secara sistematis, perspektif-perspektif kosmologi metafisis
tentang “waktu”, sebagaimana
banyaknya varian pendekatan dalam kosmologi, secara garis besar dapat dipilah
dalam empat kelompok, yakni:
(1) Subjektivisme yang menyatakan bahwa waktu merupakan
sesuatu yang tidak nyata, hanya bersifat subjektif-individual.
(2) Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa waktu merupakan
realitas absolut yang universal, tidak mempunyai kesatuan yang intrinksik dan
hanya menunjukkan urutan-urutan murni.
(3) Realisme lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan
aspek perubahan yang nyata, sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi.
(4) Subjektivisme lunak yang menerima waktu sebagai suatu
yang heterogen.
Dari “peta
kosmologi” di atas, terlihat bahwa tradisi kosmologi timur paling dominan
diwarnai oleh subjektivisme dan realisme ekstrem. Dari berbagai varian yang ada
itu pula, kiranya dengan mudah dapat dilihat “konsekuensi-konsekuensi logis”
dari suatu varian pemikiran kosmologis terhadap pandangan manusia tentang
aspek-aspek lain dari kehidupannya.
2. Kosmologi Baru dari Copernicus Menuju ke Galileo dan
Kepler.
a. Nicolaus
Copernicus
Ilmuwan Polandia
bernama Nicolaus Copernicus (1473-1544) mengemukakan model heliosentrisnya yang
menyatakan bahwa Matahari sebagai pusat alam semesta dan Bumi beserta
planet-planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit lingkaran. Teori ini bertentangan dengan ajaran filsuf yang terpandang,
Aristoteles, dan tidak sejalan dengan kesimpulan matematikawan Yunani,
Ptolemeus. Selain itu, teori Copernicus menyangkal apa yang dianggap sebagai
"fakta" bahwa Matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa
untuk terbenam di barat, sedangkan bumi tetap tidak bergerak.
Akan tetapi,
Ptolemeus menulis bahwa jika bumi bergerak, "bintang dan benda lainnya
akan bergelantungan di udara, dan bumi akan jatuh dari langit dengan sangat
cepat". Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak
di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling
bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari, planet-planet, dan
bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola bening inilah yang
menggerakan planet dan bintang. Rumus matematika Ptolemeus menjelaskan, dengan
akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam.
Namun, kelemahan
teori Ptolemeus itulah yang mendorong Copernicus untuk mencari penjelasan
alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet. Untuk menopang
teorinya, Kopernikus merekonstruksi peralatan yang digunakan oleh para astronom
zaman dahulu. Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan
ini memungkinkan dia menghitung jarak relatif antara planet-planet dan
Matahari. Selama bertahun-tahun, ia berupaya menetukan secara persis
tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa pengamatan
penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai
mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bumi dan manusia di
dalamnya bukanlah pusat alam semesta.
b. Galileo Galilei
Pada tahun 1609,
Galileo menemukan teleskop dan berdasarkan penyelidikan ilmiahnya, ia
menyatakan bahwa model alam semesta geosentris dari Ptolemy benar-benar tidak
digunakan para peneliti berpengetahuan dan digantikan model heliosentris
(Drake, 1990: 145-163).
Pada 7 Januari
1610 Galileo mengamati dengan
teleskop apa yang digambarkan pada saat itu sebagai "tiga bintang tetap,
sama sekali tidak terlihat oleh kecilnya mereka ", semua dekat dengan
Jupiter, dan berbaring di garis lurus melalui itu. Pengamatannya dari satelit
Jupiter menciptakan sebuah revolusi dalam astronomi yang bergema sampai hari
ini: sebuah planet dengan planet-planet lebih kecil yang mengorbit itu tidak
sesuai dengan prinsip-prinsip Aristotelian Kosmologi , yang beranggapan bahwa
semua benda langit harus melingkari bumi, dan banyak astronom dan filosof
awalnya menolak untuk percaya bahwa Galileo bisa menemukan hal seperti itu. Pengamatan
dikonfirmasi dengan pengamatan dari Christopher Clavius dan ia menerima
pahlawan menyambut ketika ia mengunjungi Roma pada tahun 1611. Galileo terus
mengamati satelit selama delapan belas bulan berikutnya, dan pada pertengahan
1611 ia memperoleh perkiraan yang sangat akurat untuk periode mereka-suatu
prestasi yang Kepler percaya mustahil. Venus, Saturnus, dan Neptunus
Dari September
1610, Galileo mengamati bahwa Venus menunjukkan set lengkap fase yang sama
dengan Bulan. Secara tradisional
orbit Venus ditempatkan sepenuhnya pada sisi dekat Matahari, di mana ia bisa
menunjukkan sabit saja dan fase baru. Meskipun demikian, juga memungkinkan
untuk menempatkannya sepenuhnya pada sisi yang jauh dari Matahari, di mana itu
bisa hanya menunjukkan fase bungkuk dan penuh. Setelah pengamatan teleskopik
Galileo dari sabit, fase bungkuk dan penuh Venus, oleh karena itu, model
Ptolemeus menjadi tidak dapat dipertahankan. Galileo mengklaim bahwa ilmu
pengetahuan tidak bertentangan dengan Alkitab, karena Alkitab sedang
mendiskusikan berbagai jenis "gerakan" dari bumi, dan tidak rotasi.
Dengan 1616
serangan terhadap ide-ide Copernicus telah mencapai kepala, dan Galileo pergi
ke Roma untuk mencoba membujuk otoritas Gereja Katolik tidak melarang gagasan
Copernicus. Pada akhirnya, Keputusan Kongregasi Indeks dikeluarkan, menyatakan
bahwa ide-ide bahwa Matahari berdiri diam dan bahwa Bumi bergerak adalah
"palsu" dan "sama sekali bertentangan dengan Kitab Suci",
dan menangguhkan De Copernicus Revolutionibus sampai bisa diperbaiki.
Pada bulan
September 1632, Galileo diperintahkan untuk datang ke Roma untuk diadili, di
mana ia akhirnya tiba pada Februari 1633. Sepanjang persidangan Galileo tetap
mempertahankan bahwa sejak 1616 ia telah setia menepati janjinya untuk tidak
tahan salah satu pendapat dikutuk, dan awalnya ia menyangkal bahkan membela
mereka. Namun, ia akhirnya dibujuk untuk mengakui bahwa, bertentangan dengan
tujuan yang sebenarnya, seorang pembaca Dialog dengan baik bisa diperoleh kesan
bahwa itu dimaksudkan sebagai pertahanan Copernicanism.
Mengingat
penolakan Galileo agak tidak masuk akal bahwa ia pernah memegang ide Copernicus
setelah 1616 atau pernah dimaksudkan untuk membela mereka dalam Dialog,
interogasi terakhirnya, pada bulan Juli 1633, diakhiri dengan-Nya diancam
dengan siksaan jika ia tidak mengatakan yang sebenarnya, tetapi ia
mempertahankan penyangkalannya meskipun ancaman tersebut. Kalimat dari
Inkuisisi itu disampaikan pada 22 Juni. Saat itu di tiga bagian penting:
1. Galileo
menemukan "keras menduga bid'ah", yaitu dari setelah memegang
pendapat bahwa Matahari terletak tak bergerak di pusat alam semesta, bahwa Bumi
bukan di pusatnya dan bergerak, dan yang satu dapat memegang dan mempertahankan
pendapat sebagai kemungkinan setelah itu telah dinyatakan bertentangan dengan
Kitab Suci. Dia harus "mengharamkan, mengutuk dan membenci"
pendapat-pendapat tersebut.
2. Dia dijatuhi
hukuman penjara formal pada kesenangan Inkuisisi. Pada hari berikut ini diubah
menjadi tahanan rumah, yang tetap berada di bawah untuk sisa hidupnya.
3. Dialog
menyinggung dilarang. Dan tindakan tidak diumumkan di pengadilan, publikasi
dari setiap karya-karyanya dilarang, termasuk dia mungkin menulis di masa
depan.“ Padahal Bumi selalu bergerak dan selalu begitu “, Galileo Galilei.
c. Johannes Keppler
Ilmuwan Johannes
Kepler merumuskan tiga pernyataan matematis yang secara akurat menggambarkan
revolusi planet-planet di sekitar Matahari. Alih-alih tujuh bintang di geocentric
standar astronomi Copernican, yang kemudian
Kepler untuk menyebut 'satelit' (coined pada 1610 untuk menggambarkan
bulan-bulan Galileo yang telah ditemukan yaitu Yupiter.
Selain itu, dalam
geocentric astronomi tidak ada cara menggunakan pengamatan untuk menemukan
ukuran relatif dari planet orbs; mereka hanya diasumsikan dalam kontak. Ini
nampaknya tidak memerlukan penjelasan, karena pas baik dengan alam
philosophers' bahwa seluruh sistem telah berpaling dari gerakan yang paling
luar lingkungan, satu (atau mungkin dua) di luar lingkungan yang 'tetap'
bintang (yang pola menjadikan constellations), yang melebihi dari Saturn bola. Kepler
merasa bahwa jika bola yang diambil untuk menyentuh bagian dalam
Saturn jalan, dan sebuah batu yang bertulis dalam bola, maka bola yang bertulis
dalam kubus akan menjadi bola circumscribing jalan Yupiter. Kemudian jika segi
empat biasa yang diambil dalam lingkungan inscribing jalan Yupiter, yang
insphere dari segi empat akan menjadi bola circumscribing jalan Mars, dan isi
perut, menempatkan reguler pigura berdua belas segi antara Mars dan Bumi, yang biasa icosahedron
antara Bumi dan Venus, dan reguler antara segi delapan Venus dan Mercury. Ini
menjelaskan jumlah bintang sempurna: hanya ada lima cembung biasa zat (seperti
yang terbukti dalam Euclid 's Elemen, Buku 13). Ia juga memberikan yang
meyakinkan sesuai dengan ukuran jalan sebagai deduced oleh Copernicus,
kesalahan terbesar yang kurang dari 10% (yang baik untuk spectacularly
kosmoslogisnya model bahkan sekarang). Kepler tidak mengekspresikan dirinya
dalam hal persentase kesalahan, dan itu adalah fakta pertama dalam kosmologi
model matematika, tetapi mudah untuk melihat mengapa ia percaya bahwa bukti
pengamatan mendukung teori.
Dapat disimpulkan
dari Hukum Kepler :
Bahwa orbit planet
tidak melingkar, tapi elips, matahari menduduki salah satu fokus dari elips.
Bahwa kecepatan gerak planet bervariasi di
berbagai bagian orbit sedemikian rupa bahwa garis imajiner ditarik dari
matahari ke planet ini, artinya, vektor radius orbit planet selalu menyapusama
daerah dalam waktu tertentu.
Kedua hukum Kepler diterbitkan pada awal 1609. Bertahun-tahun lebih penyelidikan pasien diharuskan sebelum ia menemukan rahasia dari hubungan antara jarak planet dan waktu revolusi yang nya. Hukum ketiga menyatakan. Pada 1618, bagaimanapun, ia mampu merumuskan hubungan ini juga, sebagai berikut: Kuadrat jarak dari berbagai planet dari matahari adalah sebanding dengan kubus dari mereka periode revolusi tentang matahari. Semua hukum-hukum ini, maka akan diamati, menerima begitu saja kenyataan bahwa matahari adalah pusat orbit planet.
Kedua hukum Kepler diterbitkan pada awal 1609. Bertahun-tahun lebih penyelidikan pasien diharuskan sebelum ia menemukan rahasia dari hubungan antara jarak planet dan waktu revolusi yang nya. Hukum ketiga menyatakan. Pada 1618, bagaimanapun, ia mampu merumuskan hubungan ini juga, sebagai berikut: Kuadrat jarak dari berbagai planet dari matahari adalah sebanding dengan kubus dari mereka periode revolusi tentang matahari. Semua hukum-hukum ini, maka akan diamati, menerima begitu saja kenyataan bahwa matahari adalah pusat orbit planet.
d. Isaac Newton
Pada tahun 1687,
dalam karya utamanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia
Mathematica, Isaac Newton mengemukakan teori gravitas yang mendukung model
Copernicus dan menjelaskan bagaimana benda secara umum bergerak dalam ruang dan
waktu (Hall, 1992:202). Principia dipublikasikan pada 5 Juli 1687 dengan
dukungan dan bantuan keuangan dari Edmond Halley.
Dalam karyanya ini
Newton menyatakan hukum gerak Newton yang memungkinkan banyak kemajuan dalam
revolusi Industri yang kemudian terjadi. Hukum ini tidak direvisi lagi dalam
lebih dari 200 tahun kemudian, dan masih merupakan pondasi dari teknologi
non-relativistik dunia modern. Dia menggunakan kata Latin gravitas (berat)
untuk efek yang kemudian dinamakan sebagai gravitasi, dan mendefinisikan hukum
gravitasi universal.
Newton memperjelas
pandangan heliosentrisnya tentang tata surya, yang dikembangkan dalam bentuk
lebih modern, karena pada pertengahan 1680-an dia sudah mengakui Matahari tidak
tepat berada di pusat gravitasi tata surya Bagi Newton, titik pusat Matahari
atau benda langit lainnya tidak dapat dianggap diam, namun seharusnya
"titik pusat gravitasi bersama Bumi, Matahari dan Planet-planetlah yang
harus disebut sebagai Pusat Dunia", dan pusat gravitasi ini "diam
atau bergerak beraturan dalam garis lurus".(Newton mengadopsi pandangan
alternatif "tidak bergerak" dengan memperhatikan pandangan umum bahwa
pusatnya, di manapun itu, tidak bergerak.
Postulat Newton
aksi-pada-suatu-jarak yang tidak terlihat menyebabkan dirinya dikritik karena
memperkenalkan "perantara gaib" ke dalam ilmu pengetahuan. Dalam
edisi kedua Principia (1713) Newton tegas menolak kritik tersebut dalam bagian
General Scholium di akhir buku. Dia menulis bahwa cukup menyimpulkan bahwa
fenomena tersebut menyiratkan tarikan gravitasi, namun hal tersebut tidak
menunjukkan sebabnya. Tidak perlu dan tidak layak merumuskan hipotesis hal-hal
yang tidak tersirat oleh fenomena itu. Di sini Newton menggunakan ungkapannya
yang kemudian terkenal, Hypotheses non fingo. Mekanika Newton cukup baik bila
digunakan pada tata surya, tetapi teori kosmologis pada waktu itu berpandangan
lain. Menurut Aristoteles, bintang-bintang memiliki posisi yang tetap dan alam
semesta di luar tata surya bersifat statis. Meskipun alam semesta yang dinamis
dengan mudah dapat diprediksi teori gravitas Newton, tetapi keyakinan bahwa
alam semesta statis menurut Aristoteles begitu kuat sehingga bertahan selama
tiga abad setelah Newton (Benih, 1990:86-107).“Kalaulah memang aku berhasil
melihat lebih jauh. Itu karena aku berdiri di atas pundak para raksasa”, Isaac
Newton.
Pada tahun 1718,
Edmund Halley membandingkan posisi bintang-bintang berdasarkan temuan klasik
masa Babilonia dan astronom kuno lainnya dengan pengamatan terbaru, dan
diketahui bahwa posisi bintang-bintang tidak tetap dari posisi ribuan tahun
sebelumnya. Kenyataannya posisi bintang-bintang mengalami pergeseran meski
dalam jarak yang relatif kecil. Keadaan ini disebut ‘gerak’ nyata bintang
(tegak lurus terhadap garis pandang) berkaitan dengan latar belakang bintang
yang sangat jauh. Pada tahun 1783, William Herschel menemukan gerak surya,
yaitu gerak matahari relatif terhadap bintang-bintang di lingkungan galaksi
tersebut. Herschel juga menunjukkan bahwa Matahari dan bintang lainnya tersusun
seperti “butiran kasar dalam gerinda” (Ferguson, 1999:162-165) yang sekarang
disebut galaksi Bima Sakti. Lebih dari satu abad kemudian, pada tahun 1924,
Hubble mampu mengukur jarak antar bintang (berdasarkan ‘pergeseran merah’) dan
ia menunjukkan bahwa beberapa titik-titik terang yang kita lihat di langit
sebenarnya galaksi lain seperti galaksi kita, mesipun mereka terlihat begitu
kecil karena jaraknya sangat jauh (Hartmann, 1990:373-375).
Teori Aristoteles tentang alam semesta statis berakhir setelah penemuan Hubble tentang pergeseran merah dari cahaya bintang yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta sebenarnya bergerak; Ibn Arabi sudah menyatakan demikian berabad-abad sebelumnya. Pada tahun 1980, Stephen Hawking mengatakan: Ketika Einstein merumuskan teori umum relativitas pada tahun 1915, ia begitu yakin bahwa alam semesta statis; ia memodifikasi teorinya supaya hipotesisnya menjadi mungkin dengan memperkenalkan sebuah konstanta kosmologis dalam persamaannya (Hawking, 1998:42).
Teori Aristoteles tentang alam semesta statis berakhir setelah penemuan Hubble tentang pergeseran merah dari cahaya bintang yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta sebenarnya bergerak; Ibn Arabi sudah menyatakan demikian berabad-abad sebelumnya. Pada tahun 1980, Stephen Hawking mengatakan: Ketika Einstein merumuskan teori umum relativitas pada tahun 1915, ia begitu yakin bahwa alam semesta statis; ia memodifikasi teorinya supaya hipotesisnya menjadi mungkin dengan memperkenalkan sebuah konstanta kosmologis dalam persamaannya (Hawking, 1998:42).
Hipotesis Einstein
ini tentu saja salah, dan semua orang kini mengetahui bahwa kosmos
terus-menerus bergerak. Einstein sendiri mengganggap hipotesisnya sebagai
kesalahan terbesar. Bagaimanapun, Ibn Arabi menyatakan dengan jelas bahwa posisi
bintang-bintang tidak tetap, dan ia bahkan memberikan nomor dan unit bintang
dengan kecepatan gerak yang tepat;** hal ini konsisten dengan pengukuran akurat
terbaru.
Setelah
perkembangan tersebut dan dengan munculnya teknologi baru yang digunakan dalam
pengamatan yang lebih akurat untuk percepatan penelitian fisika dan astronomi.
Pandangan baru tentang keseluruhan kosmos akhirnya bertemu dengan pandangan
klasik. Namun, kita tidak bisa mengklaim bahwa semua pertanyaan telah mampu
dijawab dan dapat membuat gambaran yang benar mengenai kosmos. Sebaliknya,
pertanyaan-pertanyaan mendalam masih berupa teka-teki seperti ‘materi gelap’
dan paradoks Einstein-Podolsky-Rosen (EPR).
Seiring dengan temuan data-data dari teleskop dan pesawat ulang-alik dalam beberapa dekade terakhir, teori-teori baru banyak dihasilkan untuk mencoba menjelaskan hasil pengamatan alam semesta. Konsep ‘waktu’ dan ‘ruang’ menjadi fokus utamanya, terutama setelah ide-ide aneh dan berani dari Einstein tentang relativitas dan kelengkungan ruang-waktu yang dibuktikan Eddington melalui pengamatan gerhana Matahari total pada tahun 1918 di Afrika Selatan. Sejak itu, teori-teori lainnya seperti Mekanika Kuantum, Teori Medan, Superstring, dan Kuantum Gravitas mencoba menemukan dan menggambarkan hubungan yang sebenarnya antara objek material dan energi di satu sisi, dan antara ruang dan waktu di sisi lain. Namun, penemuan yang dicapai belum sepenuhnya meyakinkan..
Seiring dengan temuan data-data dari teleskop dan pesawat ulang-alik dalam beberapa dekade terakhir, teori-teori baru banyak dihasilkan untuk mencoba menjelaskan hasil pengamatan alam semesta. Konsep ‘waktu’ dan ‘ruang’ menjadi fokus utamanya, terutama setelah ide-ide aneh dan berani dari Einstein tentang relativitas dan kelengkungan ruang-waktu yang dibuktikan Eddington melalui pengamatan gerhana Matahari total pada tahun 1918 di Afrika Selatan. Sejak itu, teori-teori lainnya seperti Mekanika Kuantum, Teori Medan, Superstring, dan Kuantum Gravitas mencoba menemukan dan menggambarkan hubungan yang sebenarnya antara objek material dan energi di satu sisi, dan antara ruang dan waktu di sisi lain. Namun, penemuan yang dicapai belum sepenuhnya meyakinkan..
Pandangan
Geosentris menganggap Bumi berada di pusat alam semesta, sementara Heliosentris
menganggap Matahari sebagai pusatnya. Kosmologi modern menegaskan bahwa alam
semesta merupakan arena ruang-waktu yang tertutup, tidak memiliki pusat; titik
di mana pun dapat dianggap sebagai pusat, seperti titik pada permukaan bumi
dapat dianggap pusat (dengan memperhatikan permukaan, bukan volumenya). Jadi,
apakah Bumi atau Matahari yang menjadi pusat alam semesta adalah perdebatan
pada masa perkembangan kosmologi awal, tetapi tidak berlaku setelah
ditemukannya galaksi dan jarak antar bintang yang berjauhan. Perlu disebutkan
bahwa Ibn Arabi jelas menegaskan alam semesta tidak memiliki pusat (Futuhat
al-Makiyya, Vol. II, hal: 677).
Daftar Pustaka
Pusparini , Intan.
Fisika Itu Indah : Kosmologi Baru. 23 September 2012. (Internet).
(Terdapat di : http://semuacintafisika.blogspot.com/2012/09/kosmologi-baru.html).
Diakses pada 20 Maret 2013.
Kuntaro, Henky. Kosmologi Baru. 14 Maret 2012.
(Internet).(Terdapat di : http://henkykuntarto.wordpress.com/2012/03/14/kosmologi-baru/).
Diakses pada 20 Maret 2013.
Anonim. Nicoulas Copernicus. (Internet). (Terdapat
di : http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus).
Diakses pada 21 Maret 2013.
Anonim. Galileo Galilei. (Internet). (Terdapat di : http://en.wikipedia.org/wiki/Galileo_Galilei).
Diakses pada 21 Maret 2013.
Ames Research Center : NASA. (Internet). (Terdapat
di : http://en.wikipedia.org/wiki/Galileo_Galilei).
Diakses pada 22 Maret 2013.
Hall, Alfred Rupert. 1998. (Internet). (Terdapat di
: http://www.newton.ac.uk/newtlife.html).
Diakses pada 22 Maret 2013.
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
BalasHapus