Kamis, 18 Juli 2013

KOSMOLOGI BARU

KOSMOLOGI BARU

Tujuan           :
1.      Untuk memahami definisi dari kosmologi.
2.      Untuk mengetahui siapa yang pertama kali menggunakan istilah kosmologi.
3.      Untuk menjelaskan kosmologi menurut Christian.
4.      Untuk mengetahu dan menjelaskan perbedaan kosmolgi ilmiah dan kosmolgi fisafat.
5.      Untuk mengenali pengelompokan varian kosmologi filsafat.
6.      Untuk menjelaskan kosmologi baru dari Copernicus menuju ke Galileo dan Kepler.
7.      Untuk mendeskripsikan pemikiran dari Nicoulas Coernicus.
8.      Untuk mengetahu perbandingan pemikiran Copernicus dan Ptolemeus.
9.      Untuk menceritakan hasil pemikiran dari Galileo Galilei.
10.  Untuk menjelaskan pendapat dari Johannes Kepler.
11.  Untuk mengetahui hukum-hukum yang dikemukakan oleh Kepler.
12.  Untuk menggambarkan pemikiran dari Isaac Newton.
13.  Untuk menjelaskan hukum Grravitasi Newton.
14.  Untuk mengetahui pemikiran dari Edmund Halley
15.  Untuk mengetahui apa yang dikemukakan oleh William Herschel.
Pertanyaan    :
1.      Sebutkan dan jelaskan definisi dari kosmologi!
2.      Siapa yang pertama kali menggunakan istilah kosmologi?
3.      Jelaskan kosmologi menurut Christian!
4.      Sebutkan dan jelaskan perbedaan kosmolgi ilmiah dan kosmolgi fisafat!
5.      Bagaimana pengelompokan varian kosmologi filsafat, Jelaskan!
6.      Bagaiman perkembangan kosmologi baru dari Copernicus menuju ke Galileo dan Kepler?
7.      Deskripsikan pemikiran dari Nicoulas Coernicus!
8.      Uraikan perbandingan pemikiran Copernicus dan Ptolemeus!
9.      Ceritakan hasil pemikiran dari Galileo Galilei!
10.  Jelaskan pendapat dari Johannes Kepler!
11.  Sebutkan dan jelaskan hukum-hukum yang dikemukakan oleh Kepler!
12.  Gambarkan pemikiran dari Isaac Newton!
13.  Jelaskan hukum Grravitasi Newton!
14.  Bagaimana pemikiran dari Edmund Halley, Jelaskan!
15.  Sebutkan apa yang dikemukakan oleh William Herschel!
Peta Konsep   :
Pembahasan  :
1. Definisi Kosmologi
Kosmologi berasal dari kata Yunani “kosmos” dan “logos”. “Kosmos” berarti susunan, atau ketersusunan yang baik. Sedangkan “logos” juga berarti “keteraturan”, sekalipun dalam “kosmologi” lebih tepat diartikan sebagai “azas-azas rasional” (Kattsoff, 1986: 75). Istilah “kosmologi” (cosmology) dipakai pertama kali oleh Christian von Wolff dalam bukunya “Discursus Praeliminaris de Philosophia in Genere” tahun 1728, dengan menempatkannya dalam skema pengetahuan filsafat sebagai cabang dari “metafisika” dan dibedakan dengan cabang-cabang metafisika yang lain seperti “ontologi”, “teologi metafisik”, maupun “psikologi metafisik” (Munitz, dalam Edward, ed., 1976: 237). 
Dengan demikian, sejak “klasifikasi Christian”, “kosmologi” dimengerti sebagai sebuah cabang filsafat yang membicarakan asal mula dan susunan alam semesta; dan dibedakan dengan “ontologi” atau “metafisika umum” yang merupakan suatu telaah tentang watak-watak umum dari realitas natural dan supernatural; juga dibedakan dengan “filsafat alam” (The philosophy of nature) yang menyelidiki hukum-hukum dasar, proses dan klasifikasi objek-objek dalam alam (Runes, 1975: 68-69).
Kosmologi ilmiah (scientific cosmology) lebih berpijak pada suatu studi empiris tentang gejala-gejala astronomis. Upaya-upaya yang selalu dilakukan adalah membuat model-model “alam semesta” atas dasar penemuan-penemuan observatorial oleh para astronom. Dengan demikian sangat berbeda dengan “kosmologi filsafat” yang murni konsepsional dan merupakan analisis kategorial yang dilakukan secara “spekulatif” oleh para filsuf. Adapun kajian filosofis terhadap “kosmologi ilmiah” merupakan sub-bagian dari kajian “filsafat ilmu”, dengan fokus telaah pada aspek-aspek metodologis dan epistemologis bangunan “kosmologi ilmiah” sebagai “ilmu”. Kosmologi filsafat cenderung lebih kritis-induktif dalam arti tidak mungkin lagi menutup mata terhadap kosmologi ilmiah maupun temuan-temuan ilmiah yang lain.
1. Topik utama kosmologi filsafat menurut Hegel adalah tentang “kontingensi” (kemestian yang merujuk pada “hukum”), “kepastian”, “keabadian”, batas-batas dan hukum formal dunia, kebebasan manusia, dan asal mula kejahatan. (Runes, ed, 1975: 69).
2. Secara historis perkembangan kosmologi filsafat (barat) dimulai dari filsuf-filsuf alam pra Sokratik, yang kemudian persoalan-persoalannya oleh Plato dalam “Timaeus” dan oleh Aristoteles dalam “Physics” disistematisir dan diperluas. Secara sistematis, kosmologi filsafat dibedakan dalam empat kelompok varian besar dengan dasar pengelompokan: 
·           Berpijak dari keyakinan ontis bahwa hakikat dunia itu “jamak” ataukah “tunggal” (monisme, pluralisme).
·           Kedudukan manusia dalam kosmis (subjektivistis, objektivistis).
·           Esensi dan substansi manusia dengan esensi dan substansi dunia yang lain.
·           Pendekatan sintesis (Bergson, Theilard de Chardin, dan kosmologi Pancasila) (Bakker, 1995: 42-52).
Secara sistematis, perspektif-perspektif kosmologi metafisis tentang “waktu”, sebagaimana banyaknya varian pendekatan dalam kosmologi, secara garis besar dapat dipilah dalam empat kelompok, yakni: 
(1) Subjektivisme yang menyatakan bahwa waktu merupakan sesuatu yang tidak nyata, hanya bersifat subjektif-individual.
(2) Realisme Ekstrem yang menyatakan bahwa waktu merupakan realitas absolut yang universal, tidak mempunyai kesatuan yang intrinksik dan hanya menunjukkan urutan-urutan murni.
(3) Realisme lunak, yang menyatakan bahwa waktu merupakan aspek perubahan yang nyata, sekalipun dihasilkan oleh subjek yang berabstraksi.
(4) Subjektivisme lunak yang menerima waktu sebagai suatu yang heterogen.
Dari “peta kosmologi” di atas, terlihat bahwa tradisi kosmologi timur paling dominan diwarnai oleh subjektivisme dan realisme ekstrem. Dari berbagai varian yang ada itu pula, kiranya dengan mudah dapat dilihat “konsekuensi-konsekuensi logis” dari suatu varian pemikiran kosmologis terhadap pandangan manusia tentang aspek-aspek lain dari kehidupannya.
2. Kosmologi Baru dari Copernicus Menuju ke Galileo dan Kepler.
a.       Nicolaus Copernicus
Ilmuwan Polandia bernama Nicolaus Copernicus (1473-1544) mengemukakan model heliosentrisnya yang menyatakan bahwa Matahari sebagai pusat alam semesta dan Bumi beserta planet-planet beredar mengelilingi Matahari dalam orbit lingkaran. Teori ini bertentangan dengan ajaran filsuf yang terpandang, Aristoteles, dan tidak sejalan dengan kesimpulan matematikawan Yunani, Ptolemeus. Selain itu, teori Copernicus menyangkal apa yang dianggap sebagai "fakta" bahwa Matahari terbit di timur dan bergerak melintasi angkasa untuk terbenam di barat, sedangkan bumi tetap tidak bergerak.
Akan tetapi, Ptolemeus menulis bahwa jika bumi bergerak, "bintang dan benda lainnya akan bergelantungan di udara, dan bumi akan jatuh dari langit dengan sangat cepat". Ptolemeus mendukung gagasan Aristoteles bahwa bumi tidak bergerak di pusat alam semesta dan dikelilingi oleh serangkaian bola bening yang saling bertumpukan, dan bola-bola itu tertancap Matahari, planet-planet, dan bintang-bintang. Ia menganggap bahwa pergerakan bola-bola bening inilah yang menggerakan planet dan bintang. Rumus matematika Ptolemeus menjelaskan, dengan akurasi hingga taraf tertentu, pergerakan planet-planet di langit malam.
Namun, kelemahan teori Ptolemeus itulah yang mendorong Copernicus untuk mencari penjelasan alternatif atas pergerakan yang aneh dari planet-planet. Untuk menopang teorinya, Kopernikus merekonstruksi peralatan yang digunakan oleh para astronom zaman dahulu. Walaupun sederhana dibandingkan dengan standar modern, peralatan ini memungkinkan dia menghitung jarak relatif antara planet-planet dan Matahari. Selama bertahun-tahun, ia berupaya menetukan secara persis tanggal-tanggal manakala para pendahulunya telah membuat beberapa pengamatan penting di bidang astronomi. Diperlengkapi dengan data ini, Copernicus mulai mengerjakan dokumen kontroversial yang menyatakan bahwa bumi dan manusia di dalamnya bukanlah pusat alam semesta.
b.      Galileo Galilei 
Pada tahun 1609, Galileo menemukan teleskop dan berdasarkan penyelidikan ilmiahnya, ia menyatakan bahwa model alam semesta geosentris dari Ptolemy benar-benar tidak digunakan para peneliti berpengetahuan dan digantikan model heliosentris (Drake, 1990: 145-163). 
Pada 7 Januari 1610 Galileo mengamati dengan teleskop apa yang digambarkan pada saat itu sebagai "tiga bintang tetap, sama sekali tidak terlihat oleh kecilnya mereka ", semua dekat dengan Jupiter, dan berbaring di garis lurus melalui itu. Pengamatannya dari satelit Jupiter menciptakan sebuah revolusi dalam astronomi yang bergema sampai hari ini: sebuah planet dengan planet-planet lebih kecil yang mengorbit itu tidak sesuai dengan prinsip-prinsip Aristotelian Kosmologi , yang beranggapan bahwa semua benda langit harus melingkari bumi, dan banyak astronom dan filosof awalnya menolak untuk percaya bahwa Galileo bisa menemukan hal seperti itu. Pengamatan dikonfirmasi dengan pengamatan dari Christopher Clavius dan ia menerima pahlawan menyambut ketika ia mengunjungi Roma pada tahun 1611. Galileo terus mengamati satelit selama delapan belas bulan berikutnya, dan pada pertengahan 1611 ia memperoleh perkiraan yang sangat akurat untuk periode mereka-suatu prestasi yang Kepler percaya mustahil. Venus, Saturnus, dan Neptunus
Dari September 1610, Galileo mengamati bahwa Venus menunjukkan set lengkap fase yang sama dengan Bulan. Secara tradisional orbit Venus ditempatkan sepenuhnya pada sisi dekat Matahari, di mana ia bisa menunjukkan sabit saja dan fase baru. Meskipun demikian, juga memungkinkan untuk menempatkannya sepenuhnya pada sisi yang jauh dari Matahari, di mana itu bisa hanya menunjukkan fase bungkuk dan penuh. Setelah pengamatan teleskopik Galileo dari sabit, fase bungkuk dan penuh Venus, oleh karena itu, model Ptolemeus menjadi tidak dapat dipertahankan. Galileo mengklaim bahwa ilmu pengetahuan tidak bertentangan dengan Alkitab, karena Alkitab sedang mendiskusikan berbagai jenis "gerakan" dari bumi, dan tidak rotasi. 
Dengan 1616 serangan terhadap ide-ide Copernicus telah mencapai kepala, dan Galileo pergi ke Roma untuk mencoba membujuk otoritas Gereja Katolik tidak melarang gagasan Copernicus. Pada akhirnya, Keputusan Kongregasi Indeks dikeluarkan, menyatakan bahwa ide-ide bahwa Matahari berdiri diam dan bahwa Bumi bergerak adalah "palsu" dan "sama sekali bertentangan dengan Kitab Suci", dan menangguhkan De Copernicus Revolutionibus sampai bisa diperbaiki. 
Pada bulan September 1632, Galileo diperintahkan untuk datang ke Roma untuk diadili, di mana ia akhirnya tiba pada Februari 1633. Sepanjang persidangan Galileo tetap mempertahankan bahwa sejak 1616 ia telah setia menepati janjinya untuk tidak tahan salah satu pendapat dikutuk, dan awalnya ia menyangkal bahkan membela mereka. Namun, ia akhirnya dibujuk untuk mengakui bahwa, bertentangan dengan tujuan yang sebenarnya, seorang pembaca Dialog dengan baik bisa diperoleh kesan bahwa itu dimaksudkan sebagai pertahanan Copernicanism.
Mengingat penolakan Galileo agak tidak masuk akal bahwa ia pernah memegang ide Copernicus setelah 1616 atau pernah dimaksudkan untuk membela mereka dalam Dialog, interogasi terakhirnya, pada bulan Juli 1633, diakhiri dengan-Nya diancam dengan siksaan jika ia tidak mengatakan yang sebenarnya, tetapi ia mempertahankan penyangkalannya meskipun ancaman tersebut. Kalimat dari Inkuisisi itu disampaikan pada 22 Juni. Saat itu di tiga bagian penting:
1. Galileo menemukan "keras menduga bid'ah", yaitu dari setelah memegang pendapat bahwa Matahari terletak tak bergerak di pusat alam semesta, bahwa Bumi bukan di pusatnya dan bergerak, dan yang satu dapat memegang dan mempertahankan pendapat sebagai kemungkinan setelah itu telah dinyatakan bertentangan dengan Kitab Suci. Dia harus "mengharamkan, mengutuk dan membenci" pendapat-pendapat tersebut. 
2. Dia dijatuhi hukuman penjara formal pada kesenangan Inkuisisi. Pada hari berikut ini diubah menjadi tahanan rumah, yang tetap berada di bawah untuk sisa hidupnya.
3. Dialog menyinggung dilarang. Dan tindakan tidak diumumkan di pengadilan, publikasi dari setiap karya-karyanya dilarang, termasuk dia mungkin menulis di masa depan.“ Padahal Bumi selalu bergerak dan selalu begitu “, Galileo Galilei.
c.  Johannes Keppler
Ilmuwan Johannes Kepler merumuskan tiga pernyataan matematis yang secara akurat menggambarkan revolusi planet-planet di sekitar Matahari. Alih-alih tujuh bintang di geocentric standar astronomi Copernican, yang kemudian Kepler untuk menyebut 'satelit' (coined pada 1610 untuk menggambarkan bulan-bulan Galileo yang telah ditemukan yaitu Yupiter.
Selain itu, dalam geocentric astronomi tidak ada cara menggunakan pengamatan untuk menemukan ukuran relatif dari planet orbs; mereka hanya diasumsikan dalam kontak. Ini nampaknya tidak memerlukan penjelasan, karena pas baik dengan alam philosophers' bahwa seluruh sistem telah berpaling dari gerakan yang paling luar lingkungan, satu (atau mungkin dua) di luar lingkungan yang 'tetap' bintang (yang pola menjadikan constellations), yang melebihi dari Saturn bola. Kepler merasa bahwa jika bola yang diambil untuk menyentuh bagian dalam Saturn jalan, dan sebuah batu yang bertulis dalam bola, maka bola yang bertulis dalam kubus akan menjadi bola circumscribing jalan Yupiter. Kemudian jika segi empat biasa yang diambil dalam lingkungan inscribing jalan Yupiter, yang insphere dari segi empat akan menjadi bola circumscribing jalan Mars, dan isi perut, menempatkan reguler pigura berdua belas segi antara Mars dan Bumi, yang biasa icosahedron antara Bumi dan Venus, dan reguler antara segi delapan Venus dan Mercury. Ini menjelaskan jumlah bintang sempurna: hanya ada lima cembung biasa zat (seperti yang terbukti dalam Euclid 's Elemen, Buku 13). Ia juga memberikan yang meyakinkan sesuai dengan ukuran jalan sebagai deduced oleh Copernicus, kesalahan terbesar yang kurang dari 10% (yang baik untuk spectacularly kosmoslogisnya model bahkan sekarang). Kepler tidak mengekspresikan dirinya dalam hal persentase kesalahan, dan itu adalah fakta pertama dalam kosmologi model matematika, tetapi mudah untuk melihat mengapa ia percaya bahwa bukti pengamatan mendukung teori. 
Dapat disimpulkan dari Hukum Kepler :
Bahwa orbit planet tidak melingkar, tapi elips, matahari menduduki salah satu fokus dari elips.
 Bahwa kecepatan gerak planet bervariasi di berbagai bagian orbit sedemikian rupa bahwa garis imajiner ditarik dari matahari ke planet ini, artinya, vektor radius orbit planet selalu menyapusama daerah dalam waktu tertentu.
Kedua hukum Kepler diterbitkan pada awal 1609. Bertahun-tahun lebih penyelidikan pasien diharuskan sebelum ia menemukan rahasia dari hubungan antara jarak planet dan waktu revolusi yang nya
. Hukum ketiga menyatakan. Pada 1618, bagaimanapun, ia mampu merumuskan hubungan ini juga, sebagai berikut: Kuadrat jarak dari berbagai planet dari matahari adalah sebanding dengan kubus dari mereka periode revolusi tentang matahari. Semua hukum-hukum ini, maka akan diamati, menerima begitu saja kenyataan bahwa matahari adalah pusat orbit planet.
d.      Isaac Newton
Pada tahun 1687, dalam karya utamanya yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica, Isaac Newton mengemukakan teori gravitas yang mendukung model Copernicus dan menjelaskan bagaimana benda secara umum bergerak dalam ruang dan waktu (Hall, 1992:202). Principia dipublikasikan pada 5 Juli 1687 dengan dukungan dan bantuan keuangan dari Edmond Halley. 
Dalam karyanya ini Newton menyatakan hukum gerak Newton yang memungkinkan banyak kemajuan dalam revolusi Industri yang kemudian terjadi. Hukum ini tidak direvisi lagi dalam lebih dari 200 tahun kemudian, dan masih merupakan pondasi dari teknologi non-relativistik dunia modern. Dia menggunakan kata Latin gravitas (berat) untuk efek yang kemudian dinamakan sebagai gravitasi, dan mendefinisikan hukum gravitasi universal.
Newton memperjelas pandangan heliosentrisnya tentang tata surya, yang dikembangkan dalam bentuk lebih modern, karena pada pertengahan 1680-an dia sudah mengakui Matahari tidak tepat berada di pusat gravitasi tata surya Bagi Newton, titik pusat Matahari atau benda langit lainnya tidak dapat dianggap diam, namun seharusnya "titik pusat gravitasi bersama Bumi, Matahari dan Planet-planetlah yang harus disebut sebagai Pusat Dunia", dan pusat gravitasi ini "diam atau bergerak beraturan dalam garis lurus".(Newton mengadopsi pandangan alternatif "tidak bergerak" dengan memperhatikan pandangan umum bahwa pusatnya, di manapun itu, tidak bergerak. 
Postulat Newton aksi-pada-suatu-jarak yang tidak terlihat menyebabkan dirinya dikritik karena memperkenalkan "perantara gaib" ke dalam ilmu pengetahuan. Dalam edisi kedua Principia (1713) Newton tegas menolak kritik tersebut dalam bagian General Scholium di akhir buku. Dia menulis bahwa cukup menyimpulkan bahwa fenomena tersebut menyiratkan tarikan gravitasi, namun hal tersebut tidak menunjukkan sebabnya. Tidak perlu dan tidak layak merumuskan hipotesis hal-hal yang tidak tersirat oleh fenomena itu. Di sini Newton menggunakan ungkapannya yang kemudian terkenal, Hypotheses non fingo. Mekanika Newton cukup baik bila digunakan pada tata surya, tetapi teori kosmologis pada waktu itu berpandangan lain. Menurut Aristoteles, bintang-bintang memiliki posisi yang tetap dan alam semesta di luar tata surya bersifat statis. Meskipun alam semesta yang dinamis dengan mudah dapat diprediksi teori gravitas Newton, tetapi keyakinan bahwa alam semesta statis menurut Aristoteles begitu kuat sehingga bertahan selama tiga abad setelah Newton (Benih, 1990:86-107).“Kalaulah memang aku berhasil melihat lebih jauh. Itu karena aku berdiri di atas pundak para raksasa”, Isaac Newton.
Pada tahun 1718, Edmund Halley membandingkan posisi bintang-bintang berdasarkan temuan klasik masa Babilonia dan astronom kuno lainnya dengan pengamatan terbaru, dan diketahui bahwa posisi bintang-bintang tidak tetap dari posisi ribuan tahun sebelumnya. Kenyataannya posisi bintang-bintang mengalami pergeseran meski dalam jarak yang relatif kecil. Keadaan ini disebut ‘gerak’ nyata bintang (tegak lurus terhadap garis pandang) berkaitan dengan latar belakang bintang yang sangat jauh. Pada tahun 1783, William Herschel menemukan gerak surya, yaitu gerak matahari relatif terhadap bintang-bintang di lingkungan galaksi tersebut. Herschel juga menunjukkan bahwa Matahari dan bintang lainnya tersusun seperti “butiran kasar dalam gerinda” (Ferguson, 1999:162-165) yang sekarang disebut galaksi Bima Sakti. Lebih dari satu abad kemudian, pada tahun 1924, Hubble mampu mengukur jarak antar bintang (berdasarkan ‘pergeseran merah’) dan ia menunjukkan bahwa beberapa titik-titik terang yang kita lihat di langit sebenarnya galaksi lain seperti galaksi kita, mesipun mereka terlihat begitu kecil karena jaraknya sangat jauh (Hartmann, 1990:373-375).
Teori Aristoteles tentang alam semesta statis berakhir setelah penemuan Hubble tentang pergeseran merah dari cahaya bintang yang menunjukkan bahwa segala sesuatu di alam semesta sebenarnya bergerak; Ibn Arabi sudah menyatakan demikian berabad-abad sebelumnya. Pada tahun 1980, Stephen Hawking mengatakan: Ketika Einstein merumuskan teori umum relativitas pada tahun 1915, ia begitu yakin bahwa alam semesta statis; ia memodifikasi teorinya supaya hipotesisnya menjadi mungkin dengan memperkenalkan sebuah konstanta kosmologis dalam persamaannya (Hawking, 1998:42).
Hipotesis Einstein ini tentu saja salah, dan semua orang kini mengetahui bahwa kosmos terus-menerus bergerak. Einstein sendiri mengganggap hipotesisnya sebagai kesalahan terbesar. Bagaimanapun, Ibn Arabi menyatakan dengan jelas bahwa posisi bintang-bintang tidak tetap, dan ia bahkan memberikan nomor dan unit bintang dengan kecepatan gerak yang tepat;** hal ini konsisten dengan pengukuran akurat terbaru.
Setelah perkembangan tersebut dan dengan munculnya teknologi baru yang digunakan dalam pengamatan yang lebih akurat untuk percepatan penelitian fisika dan astronomi. Pandangan baru tentang keseluruhan kosmos akhirnya bertemu dengan pandangan klasik. Namun, kita tidak bisa mengklaim bahwa semua pertanyaan telah mampu dijawab dan dapat membuat gambaran yang benar mengenai kosmos. Sebaliknya, pertanyaan-pertanyaan mendalam masih berupa teka-teki seperti ‘materi gelap’ dan paradoks Einstein-Podolsky-Rosen (EPR).
Seiring dengan temuan data-data dari teleskop dan pesawat ulang-alik dalam beberapa dekade terakhir, teori-teori baru banyak dihasilkan untuk mencoba menjelaskan hasil pengamatan alam semesta. Konsep ‘waktu’ dan ‘ruang’ menjadi fokus utamanya, terutama setelah ide-ide aneh dan berani dari Einstein tentang relativitas dan kelengkungan ruang-waktu yang dibuktikan Eddington melalui pengamatan gerhana Matahari total pada tahun 1918 di Afrika Selatan. Sejak itu, teori-teori lainnya seperti Mekanika Kuantum, Teori Medan, Superstring, dan Kuantum Gravitas mencoba menemukan dan menggambarkan hubungan yang sebenarnya antara objek material dan energi di satu sisi, dan antara ruang dan waktu di sisi lain. Namun, penemuan yang dicapai belum sepenuhnya meyakinkan..
Pandangan Geosentris menganggap Bumi berada di pusat alam semesta, sementara Heliosentris menganggap Matahari sebagai pusatnya. Kosmologi modern menegaskan bahwa alam semesta merupakan arena ruang-waktu yang tertutup, tidak memiliki pusat; titik di mana pun dapat dianggap sebagai pusat, seperti titik pada permukaan bumi dapat dianggap pusat (dengan memperhatikan permukaan, bukan volumenya). Jadi, apakah Bumi atau Matahari yang menjadi pusat alam semesta adalah perdebatan pada masa perkembangan kosmologi awal, tetapi tidak berlaku setelah ditemukannya galaksi dan jarak antar bintang yang berjauhan. Perlu disebutkan bahwa Ibn Arabi jelas menegaskan alam semesta tidak memiliki pusat (Futuhat al-Makiyya, Vol. II, hal: 677).
Daftar Pustaka
Pusparini , Intan.  Fisika Itu Indah : Kosmologi Baru. 23 September 2012. (Internet). (Terdapat di : http://semuacintafisika.blogspot.com/2012/09/kosmologi-baru.html). Diakses pada 20 Maret 2013.
Kuntaro, Henky. Kosmologi Baru. 14 Maret 2012. (Internet).(Terdapat di : http://henkykuntarto.wordpress.com/2012/03/14/kosmologi-baru/). Diakses pada 20 Maret 2013.
Anonim. Nicoulas Copernicus. (Internet). (Terdapat di : http://id.wikipedia.org/wiki/Nicolaus_Copernicus). Diakses pada 21 Maret 2013.
Anonim. Galileo Galilei. (Internet). (Terdapat di : http://en.wikipedia.org/wiki/Galileo_Galilei). Diakses pada 21 Maret 2013.
Ames Research Center : NASA. (Internet). (Terdapat di : http://en.wikipedia.org/wiki/Galileo_Galilei). Diakses pada 22 Maret 2013.
Hall, Alfred Rupert. 1998. (Internet). (Terdapat di : http://www.newton.ac.uk/newtlife.html). Diakses pada 22 Maret 2013.

1 komentar: